MAKALAH
DDIP
Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan
A.
Pengertian Aliran Pendidikan
Aliran adalah suatu paham atau pendapat yang muncul dari beberapa
pelopor, yang dalam hal ini adalah tokoh-tokoh pendidikan. Pendidikan adalah
suatu usaha yang dilakukan secara sadar sehingga dalam penerapannya dibutuhkan
sebuah landasan atas apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya.
Aliran-aliran
pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan dalam dunia
pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi
berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan
pro dan kontra oleh pemikir berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang baru,
dan demikian seterusnya. Agar diskusi berkepanjangan itu dapat dipahami, perlu
aspek dari aliran-alira itu yang harus dipahami. Oleh karena itu setiap calon
tenaga kependidikan harus memahami berbagai jenis aturan-aturan pendidikan.
B. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan
1. Pemikiran Klasik
a. Empirisme
Empirisme berasal dari bahasa latin,
asal katanya empiri, yang berarti pengalaman. Aliran ini dipelopori oleh John
Locke (1632-1704), filosof kebangsaan Inggris, yang terkenal dengan teorinya
“Tabularasa” artinya meja berlapis lilin yang belum ada tulisan di atasnya.
Dengan kata lain, sesorang dilahirkan seperti kertas kosong yang belum ditulisi
maka pendidikanlah yang akan menulisnya. Perkembangan seseorang tergantung
seratus persen pada pengaruh lingkungan atau pada pengalaman-pengalaman yang
diperoleh dalam kehidupannya. Oleh karena itu pendidikan memegang peranan
penting sebab pendidik dapat menyediakan lingkungan kepada anak dan akan
diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman.
Menurut konsepsi empirisme ini
pendidikan adalah maha kuasa dalam membentuk anak didik menjadi apa yang
didinginkannya. Pendidikan dapat berbuat sekehendak hatinya, seperti ahli
patung yang memahat patung dari kayu, batu atau bahan lainnya menurut sesuka
hatinya. Contoh lain misalnya, anak kembar yang dipisahkan oleh orang tuanya
sejak kecil pada lingkungan keluarga yang berbeda. Oleh karena itu aliran ini
dinamakan aliran optimis dalam pendidikan.
Menurut John Locke (dalam Blishen,
1970) hal-hakl yang perlu diperhatikan dalam pendidikan adalah:
1)
Pendidikan harus diberikan sejak awal mungkin
2)
Pembiasaan dan latihan lebih penting daripada
peraturan, perintah atau nasehat
3)
Anak didik
harus diamati dari dekat untuk melihat:
a)
Apa yang paling tepat bagi anak itu sesuai dengan
umurnya (tingkat perkembangannya)
b)
Hasrat-hasratnya yang amat kuat
c)
Kecenderungannya mengikuti orang tua tanap merusaak
semangat anak itu
d)
Anak harus dianggap sebagai makhluk rasional, dalam
hal ini kepada anak harus diberikan alasan tentang hal-hal yang dituntut
darinya
e)
Pelajaran di sekolah jangan sampai menjadi beban bagi
anak, namun hendaknya menyenangkan dan merupakan suasana bermain yang membuka
seluas-luasnya berbagai kemungkinan yang dapat timbul
Jadi, aliran empirisme bertolak dari loacken tradition yang mementingkan
stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa
perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak
dipentingkan. Menurut pandangan empirisme pendidikan memegang peranan yang
sangat penting sebab pendidik dapat menyediakan llingkungan pendidikan kepada
anak dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman.
Pengalaman-pengalaman itu yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Aliran
empiris dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman
yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak
sejak lahir dianggap tidak menentukan.
b. Nativisme
Nativisme berasal dari bahasa latin,
asal katanya “natives” berarti terlahir, aliran ini dipelopori oleh
Sckophenhauer seorang filosof kebangsaan Jerman yang hidup dalam tahun
1788-1880. Dia berpendapat “pendidikan ialah membiarkan seseorang bertumbuh
berdasarkan pembawaannya”. Seseorang akan berkembang berdasarkan apa yang
dibawanya sejak lahir. Hasil akhir perkembangan dan pendidikan manusia
ditentukan oleh pembawaannya dari lahir. Pembawaan itu ada yang baik dan ada
yang buruk. Oleh karena itu manusia akan berkembang dengan pembawaan baik
maupun pembawaan buruk yang dibawanya dari lahir.
Bagi nativisme, lingkungan
sekitar tidak ada artinya, sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam
mempengaruhi perkembangan dan pendidikan tidak berpengaruh sama sekali terhadap
perkembangan seseorang. Penddidikan yang diberikan tidak sesuai dengan
pembawaan seseorang, tidak akan ada gunanya untuk perkembangannya. Dalam
kenyataan sehari-hari sering ditemukan anak mirip orang tuanya secara fisik dan
anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya. Sebaagi contoh orang
tua yang menginginkan anaknya menjadi pelukis. Ia berusaha mempersiapkan
alat-alat untuk melukis dan mendatangkan guru yang mengajar melukis, tetapi
gagal karena dalam diri anak tidak ada bakat melukis. Oleh karena itu aliran
ini merupakan aliran pesimis dalam pendidikan.
Jadi aliran Nativisme bertolak dari
leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga
faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang
sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap
pendidikan dan perkembangan anak. Hasil pendidikan tergantung pada pembawaan.
Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak
berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan
bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat,
sebaliknya kalau anak itu pembawaannya baik maka dia akan menjadi baik. Pembawaan
baik dan buruk ini tidak diubah oleh kekuatan dari luar.
c. Naturalisme
Naturalisme berasal dari bahasa
latin dari kata “nature” artinya alam, tabiat, dan pembawaan. Aliran ini
dipelopori oleh J. J. Rousseau (1712-1778), filofof kebangsaan Perancis. Aliran
ini dinamakan juga nativisme ialah aliran yang meragukan pendidikan untuk
perkembangan seseorang karena dia dilahirkan dengan pembawaan yang baik. Ciri
utama aliran ini ialah dalam mendidik seseorang kembalilah kepada alam agar
pembawaan seseorang ynag baik itu tidak dirusak ol;eh pendidik. Dengan kata
lain pembawaan yang baik itu supaya berkembang secara spontan. Kalau akan
diberikan juga pendidikan hendaklah dikembangkan aturan-aturan masyarakat yang
demokratis, sehingga kecenderungan alamiah anggota masyarakat dapat terwujud,
untuk menjaga agar pembawaan seseorang yang baiik itu tidak dirugikan. Jangalah
anak itu dianggap sebagai manusia yang kecil, akan tetapi dia mempunyai
tahap-tahap perkembangan yang perlu pula dikembangkan secara alamiah. Sebagai contoh,
pada masa anak-anak pada masa perkembangan panca indera dilakukan melalui
kegiatan anak itu sendiri. Untuk membimbing tingkah laku anak, buku tidak
diperlukan, yang penting adalah pengembangan alam/lingkungan dan berbagai
peristiwa yang terjadi di dalamnya. Pada masa remaja agama dan moral hendaklah
diajarkan kepada mereka semata-mata dalam kaitannya dengan alasan alamiah,
kemampuan berfikir harus dikembangkan dan fantasi tidak dibiarkan bekerja
leluasa. Pengajaran yang tujuannya ingin menanamkan suatu aturan atau otoritas
tertentu lebih baik ditunda pelaksanaannya.
Pelopor aliran ini menulis beberapa
buah buku yaitu:
1)
La Nouvelle Heloise
2)
Le Constract
Sosial
3)
Emile ou de ‘L’ education dan’
4)
Confession
Gagasan dasar sebagai pandangan hidupnya terdapat dalam kalimat pertama
bukunya yaitu “semua anak adalah baik dari tangan pencipta, semua menjadi buruk
di tangan manusia”.
Jadi
Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan itu baik, dan akan menjadi
rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan, dia juga berpendapat bahwa pendidikan
yang diberikan orang dewasa malahan dapat merusak pembawaan yang baik anak itu. Aliran ini berpendapat bahwa pendidik
wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam. Jadi dengan kata lain pendidikan
tidak diperlukan. Yang dilaksanakan adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar
pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses
dan kegiatan pendidikan. Kesimpulan
dari pandangan tersebut sebagai berikut: kodrat atau alam manusia adalah baik,
masyarakat adalah buruk, dan untuk memperbaiki kesusilaan, kebiasaan dalam
masyarakat orang wajib kembali ke alam atau kodrat.
d. Konvergensi
Aliran konvergensi berasal dari
bahasa Inggris, asal katanya Convergency, artinya pertemuan pada suatu titik.
Aliran ini dipelopori oleh Willianm Stern, seorang ahli pendidikan bangsa
Jerman (1871-1937), aliran ini mempertemukan atau mengawinkan dua aliran yang
berlawanan di atas antara nativisme dan empirisme. Perkembangan seseorang
tergantung kepada pembawaan dan lingkungannya. Dengan kata lain pembawaan dan
lingkungan mempengaruhi perkembangan seseorang. Pembawaan seseorang baru
berkembang karena pengaruh lingkungan. Hendaknya para pendidik dapat
menciptakan suatu lingkungan yang tepat dan cukup kaya atau beraneka ragam agar
pembawaan dapat berkembang semaksimal mungkin. Sebagai contoh: pada anak
manusia ada pembawaan untuk berbicara seakan-akan dua garis yang menunjuk ke
suatu titik pertemuan.
Jadi menurut teori konvergensi:
1)
Pendidikan mungkin dilaksanakan
2)
Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang
diberikan lingkungan pada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baikdan
mencegah perkembangan potensi yang buruk
3)
Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan
lingkungan Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai
pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh kembang manusia meskipun demikian,
terdapat variasi pendapat tentang faktor mana yang paling menentukan tumbuh
kembang itu. Variasi-variasi itu tercermin antara lain dalam perbedaan
pandangan tentang strategi yang tepat untuk memahami perilaku manusia, meodel
atau teori mengajar, dan gagasan tentang belajar mengajar
Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa
adanya dukungan dari lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu.
Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak
yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan
untuk mengembangkan itu.
2. Pemikiran Baru Tentang Pendidikan
a. Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan
anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar. Perintis gerakan
ini antara lain FR.A. Finger 1808-1888 di jerman dengan Heimatkunde(pengajaran
alam sekitar) dan J.Ligthart 1959-1916 di belanda dengan het volleleven
(kehidupan senyatanya).
Beberapa
prinsip dari gerakan heimatkunde adalah:
1)
Dengan pengajaran alam sekitar ini guru dapat
memperagakan secara langsung
2)
Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan
sebanyak-banyaknya agar anak aktif
3)
Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan
pengajaran totalitas. Suatu bentuk pengajaran dengan ciri-ciri dalam garis
besarnya sebagai berikut:
a)
Suatu pengajaran yang tidak mengenal pembagian mata
pelajaran dalam daftar pengajaran, tetapi guru memahami tujuan pengajaran dan
mengarahkan usahanya mencapai tujuan.
b)
Suatu pengajaran menarik minat, karena segala sesuatu
dipusatkan atas suatu bahan pengajaran yang menarik perhatian anak dan diambil
dari alam sekitarnya.
c)
Suatu pengajaran ynag memungkinkan bahan pengajaran
itu berhubungan satu sama lain seerat-eratnya secara teratur.
4)
Pengajaran alam sekitar memberi kepada anak bahan
apersepsi intelektual yang kokoh dan tidak verbalitas. Yang dimaksud dengan
apersepsi intelektual ialah segala sesuatu yang baru dan masuk di dalam intelek
anak, harus dapat luluh menjadi satu dengan kekayaan pengetahuan yang sudah
dimiliki anak. Harus terjadi proses asimilasi antara pengertahuan dengan yang
baru
5)
Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi
emosional, karena alam sekitar mempunyai ikatan emosional dengan anak.
b. Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis
oleh Ovideminat Decroly (1871-1932) dari Belgia. Dengan pengajaran pusat minat
(Centres d’interest). Pendidikan Decroly berdasarkan pada semboyan ecole pour
la vie, par la vie (sekolah untuk hidup dan oleh hidup). Anak harus dididik
untuk dapat hidup dalam masyarakat dan dipersiapkan dalam masyarakat, anak
harus diarahkan kepada pembentukan individu dan anggota masyarakat. Oleh karena
ituanak harus mempunyai pengetahuan terhadap diri sendiri (tentang hasrat dan
cita-cita) dan pengetahuan tentang dunianya (lingkungannya, tempat hidup di
hari kedepannya). Menurut Decroly dunia ini terdiri dari alam dan kebudayaan.
Dan dunia harus hidup dan mengembangkan kemampuannya untuk mecapai cita-cita.
Oleh karena itu harus mempunyai pengetahuan atas dirinya sendiri dan dunianya.
Pengetahuan anak harus bersifat subjektif dan objektif.
Dari penelitian secara tekun, Decroly
menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran,
yang merupakan dua hal khas dari Decroly yaitu:
1)
Metode global (keseluruhan). Dari hasil yang didapat
dari observasi dan tes, dapatlah ia menetapkan bahwa anak-anak mengamati dan
mengingat secara global (keseluruhan). Jadi ini berdasarkan atas prinsip
psikologi Gestalt. Dalam mengajarkan membaca dan menulis, ternyata dengan
kalimat lebih mudah daripada mengajarkan kata-kata lepas. Sedangkan kata lebih
mudah diajarkan daripada huruf-huruf secara tersendiri. Metode ini bersifat
video visual sebab arti suatu kata yang diajarkan itu selalu diasosiasikan
dengan tanda (tulisan), atau gambar yang dapat dilihat.
2)
Centre d’interest (pusat-pusat minat). Dari
penyelidikan psikologik, ia menetapkan bahwa anak-anak mempunyai minat yang
spontan tersebut. Sebab apabila tidak, misalnya minat yang ditimbulkan oleh
guru, maka pengajaran itu tidak akan banyak hasilnya.
c. Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat
dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan
pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J.A. Comenius (1592-1670) menekankan
agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa dan tangan (keterampilan
kerja tangan) pestalozzi mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukangan
di sekolahnya. Namun yang sering dipandang sebagai bapak sekolah kerja adalah
G. Kereschensteiner dengan bapak Arbeitesscule (sekolah kerja) di Jerman.
Sekolah kerja ini bertolak dari pandangan bahwa pendidikan itu tidak hanya demi
kepentingan individu tetapi berkewajiban menyiapkan warga negara yang baik,
yakni:
1)
Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan
jabatan
2)
Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk
kepentingan negara
3)
Dalam menunaikan kedua tugas tersebut haruslah selalu
diusahakan kesempurnaannya, agar dengan jalan itu tiap warga negara ikut
membantu memprtinggi dan menyempurnakan kesusiaaan dan keselamatan negara.
d. Pengajaran Proyek
Dasar filosofis dan paedagogis dari
pengajaran proyek diletakkan oleh John Dewey (1859-1952), namun pelaksanaannya
dilakukan oleh pengikutnya yaitu W. H. Kalipratik. Dalam pengajaran proyek anak
bebas menentukan pilihannya (terhadap pekerjaan), merancang, serta memimpinnya.
Proyek yang ditentukan oleh anak, mendorongnya mencari jalan pemecahan bila ia
menemui kesukaran. Anak dengan sendirinya giat dan aktif karena sesuai dengan
apa yang didinginkannya. Proyek itulah yang menyebabkan mata pelajaran-mata
pelajaran itu tidak terpisah-pisah antara yang satu dengan yang lain.
Pengajaran berkisar di sekitar pusat-pusat minat sewajarnya. Menurut Dewey yang
menjadi kompleks pokok ialah, pertukangan kayu, memasak, dan menenun. Mata
pelajaran seperti menulis, membaca dan berhitung serta bahasa, tidak ada sebab
semua itu berjalan dengan sendirinya pada waktu anak-anak melaksankan proyek
itu. Anak tidak boleh dipisahkan dari pelajaran bahasa ibu sebab bahasa ibu
merupakan alat pernyataan pengalaman dan perasaan anak-anak. Dalam pengajaran
proyek, pekerjaan dikerjakan secara berkelompok untuk menghidupkan rasa gotong
royong. Juga dalam bekerja sama itu akan lahir sifat-sifat baik pada diri anak
seperti saingan secara sportif, bebas menyatakan pendapat, dan disiplin
sewajarnya. Sifat-sifat manusia tersebut sangat diperlukan dalam
masyarakat luas yang kapitalistik dan demokratis.
Pengajaran proyek biasa pula
digunakan sebagai salah satu metode mengajar di indonesia, antara lain dengan
nama pengajaran proyek, pengajaran unit dan sebagainya. Yang perlu ditekankan
bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan
memecahkan persoalan secara kompeherensif. Dengan kata lain, menumbuhkan
kemampuan memecahkan masalah secara multidisiplin. Pendekatan multidisiplin
tersebut semakin lama makin penting, utamanya dalam masyarakat yang maju.
e. Home Schooling
Home schooling berasal dari bahasa
Inggris yaitu, home dan schooling, home berarti rumah, schooling berarti
bersekolah. Jadi home schooling berarti bersekolah di rumah, maksudnya yaitu
kegiatan yang biasanya dilakukan di sekolah dilakukan di rumah.
Menurut Agus Salim, home schooling berarti memindahkan
segala potensi yang ada disekolah dibawa ke rumah. Hal ini bermaksud agar
segala potensi yang ada dalam diri anak dapat dikembangkan dan diajarkan di
rumah.
Home schooling juga sama dengan home education yaitu
pendidikan yang dilakukan secara mandiri oleh keluarga, dimana materi-materinya
dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Munculnya kesan kian terpuruknya
mutu dan citra pendidikan Indonesia seringkali membuat orang tua semakin enggan
atau sedikit merasa risih untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah
formal. Hal ini disebabkan beberapa hal, diantaranya mereka telah menyadari,
kalau sistem pendidikan kita telah ditempatkan sebagai usaha komersil oleh kaum
kapitalis sehingga terkesan mahal. Bermula dari paradigma berfikir masyarakat
yang mulai cenderung kritis itulah salah satu faktor yang menyebabkan mereka
terbangun landasan berfikirnya untuk melakukan terobohan mencari pendidikan
alternatif. Niatan awal terbentuknya pendidikan alternatif oleh masyarakat ini
tidak lain adalah sebagai bentuk usaha mereka mencari bentuk pendidikan yang
murah dan lebih baik. Salah satu pendidikan alternatif itu adalah home
schooling.
f. Sekolah Alam
Sekolah alam merupakan sekolah yang
dibangun untuk upaya pengembangan pendidikan yang dilakukan di alam terbuka
agar mengetahui pembelajaran dari semua makhluk hidup di aalm ini secara
langsung. Berbeda dengan sekolah pada umumnya yang menggunakan sistem ruangan
berupa kelas, para siswa di sekolah alam dibebaskan waktunya untuk lebih banyak
berinteraksi di alam terbuka sehingga terbentuk pembelajaran langsung pada
materi dan pembelajaran yang bersifat pengalaman.
Konsep yang digunakan dalam sekolah alam adalah
meliputi penggunaan alam sebagai tempat untuk belajar, penggunaan alam sebagai
media dan bahan untuk pengajaran serta alam yang digunakan untuk objek
pembelajaran. Sekolah ini mampu mengatasi kebosanan yang terjadi pad siswa jika
melakukan pembelajaran di dalam ruangan saja. Efeknya adalah dengan adanya
sekolah alam tersebut bisa mewujudkan sebuah cita-cita pada setiap orang yang
peduli akan perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan khususnya di
Indonesia
Dengan konsep alam, maka pihak yang
menyediakan sekolah tersebut tidak secara permanen menyediakan ruang atau
bangunan khusus seperti sekolah pada umunya. Dengan begitu, siswa daapt
merasakan kesegaran dan keindahan alam meski dalam proses pembelajaran.
Pembelajarannya pun membebaskan siswanya untuk mengeksplorasikan apa yang ada
di sekitar mereka tanpa aturan yang mengekang keingintahuannya. Dengan
pemahaman sekaligus pengarahan yang baik, siswa akan lebih peduli dan sadar
akan lingkungannya. Sekolah Alam adalah sebuah sekolah di Indonesia yang
berberapa kota memiliki sekolah alam dengan nama sendiri. Salah satu yang
terkenal adalah Sekolah Alam Indonesia dari Jakarta. Biasanya tingkat sekolah
di sekolah jenis ini adalah SD. Namun dalam perkembangannya telah melebar ke
beberapa jenjang, mulai dari tingkat KB (Kelompok Bermain) hingga tingkat menengah
g. Pendidikan Berasrama (Boarding School)
Boarding school adalah
sistem sekolah dengan asrama, dimana peserta didik dan juga para guru dan
pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah dalam
kurun waktu tertentu biasanya satu semester diselingi dengan berlibur satu
bulan sampai menamatkan sekolahnya Di
lingkungan sekolah, para siswa dapat melakukan interaksi dengan sesama siswa,
bahkan berinteraksi dengan para guru setiap saat. Contoh yang baik dapat mereka
saksikan langsung di lingkungan mereka tanpa tertunda. Dengan demikian,
pendidikan kognisi, afektif, dan psikomotor siswa dapat terlatih lebih baik dan
optimal.
“Boarding School yang baik dijaga dengan ketat agar tidak
terkontaminasi oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan sistem pendidikan atau
dengan ciri khas suatu sekolah berasrama” Dengan demikian peserta didik
terlindungi dari hal-hal yang negatif seperti merokok, narkoba, tayangan film
atau sinetron yang tidak mendidik dan sebagainya. Di sekolah dengan sistem ini,
para siswa mendapatkan pendidikan dengan kuantitas dan kualitas yang berada di atas
rata-rata pendidikan dengan sistem konvensional.
h. Pendidikan Inklusi
Pendidikan
inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan
kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi
kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran
dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada
umumnya.
Pada
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat (1) yang menegaskan “setiap warga
berhak mendapatkan pendidikan”; Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat (2) yang
menegaskan “setiap warga ank a wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya”. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 5 ayat (1) yang menegaskan “setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.
Undang-undang inilah yang menjadi bukti kuat hadirnya pendidikan inklusi
ditengah masyarah. Pada pendidikan dasar, kehadiran pendidikan inklusi perlu
mendapat perhatian lebih.
DAFTAR PUSTAKA
https://caridokumen.com/download/makalah-dasar-dasar-ilmu-pendidikan-_5a46d7edb7d7bc7b7a22a1b9_pdf
http://afniatii.blogspot.com/2014/05/pemikiran-tentang-pendidikan.html