Kamis, 31 Oktober 2019

makalah ddip Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan



 MAKALAH
DDIP
Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan


A.    Pengertian Aliran Pendidikan
  Aliran adalah suatu paham atau pendapat yang muncul dari beberapa pelopor, yang dalam hal ini adalah tokoh-tokoh pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar sehingga dalam penerapannya dibutuhkan sebuah landasan atas apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya.
Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan dalam dunia pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang baru, dan demikian seterusnya. Agar diskusi berkepanjangan itu dapat dipahami, perlu aspek dari aliran-alira itu yang harus dipahami. Oleh karena itu setiap calon tenaga kependidikan harus memahami berbagai jenis aturan-aturan pendidikan.
B.     Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan
1.  Pemikiran Klasik
a.      Empirisme
Empirisme berasal dari bahasa latin, asal katanya empiri, yang berarti pengalaman. Aliran ini dipelopori oleh John Locke (1632-1704), filosof kebangsaan Inggris, yang terkenal dengan teorinya “Tabularasa” artinya meja berlapis lilin yang belum ada tulisan di atasnya. Dengan kata lain, sesorang dilahirkan seperti kertas kosong yang belum ditulisi maka pendidikanlah yang akan menulisnya. Perkembangan seseorang tergantung seratus persen pada pengaruh lingkungan atau pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam kehidupannya. Oleh karena itu pendidikan memegang peranan penting sebab pendidik dapat menyediakan lingkungan kepada anak dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman.
Menurut konsepsi empirisme ini pendidikan adalah maha kuasa dalam membentuk anak didik menjadi apa yang didinginkannya. Pendidikan dapat berbuat sekehendak hatinya, seperti ahli patung yang memahat patung dari kayu, batu atau bahan lainnya menurut sesuka hatinya. Contoh lain misalnya, anak kembar yang dipisahkan oleh orang tuanya sejak kecil pada lingkungan keluarga yang berbeda. Oleh karena itu aliran ini dinamakan aliran optimis dalam pendidikan.

Menurut John Locke (dalam Blishen, 1970) hal-hakl yang perlu diperhatikan dalam pendidikan adalah:
1)      Pendidikan harus diberikan sejak awal mungkin
2)      Pembiasaan dan latihan lebih penting daripada peraturan,   perintah atau nasehat
3)       Anak didik harus diamati dari dekat untuk melihat:
a)      Apa yang paling tepat bagi anak itu sesuai dengan umurnya (tingkat perkembangannya)
b)      Hasrat-hasratnya yang amat kuat
c)      Kecenderungannya mengikuti orang tua tanap merusaak semangat anak itu
d)     Anak harus dianggap sebagai makhluk rasional, dalam hal ini kepada anak harus diberikan alasan tentang hal-hal yang dituntut darinya
e)      Pelajaran di sekolah jangan sampai menjadi beban bagi anak, namun hendaknya menyenangkan dan merupakan suasana bermain yang membuka seluas-luasnya berbagai kemungkinan yang dapat timbul
Jadi, aliran empirisme bertolak dari loacken tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Menurut pandangan empirisme pendidikan memegang peranan yang sangat penting sebab pendidik dapat menyediakan llingkungan pendidikan kepada anak dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman. Pengalaman-pengalaman itu yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Aliran empiris dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan.
b.      Nativisme
Nativisme berasal dari bahasa latin, asal katanya “natives” berarti terlahir, aliran ini dipelopori oleh Sckophenhauer seorang filosof kebangsaan Jerman yang hidup dalam tahun 1788-1880. Dia berpendapat “pendidikan ialah membiarkan seseorang bertumbuh berdasarkan pembawaannya”. Seseorang akan berkembang berdasarkan apa yang dibawanya sejak lahir. Hasil akhir perkembangan dan pendidikan manusia ditentukan oleh pembawaannya dari lahir. Pembawaan itu ada yang baik dan ada yang buruk. Oleh karena itu manusia akan berkembang dengan pembawaan baik maupun pembawaan buruk yang dibawanya dari lahir.
Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya, sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan dan pendidikan tidak berpengaruh sama sekali terhadap perkembangan seseorang. Penddidikan yang diberikan tidak sesuai dengan pembawaan seseorang, tidak akan ada gunanya untuk perkembangannya. Dalam kenyataan sehari-hari sering ditemukan anak mirip orang tuanya secara fisik dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya. Sebaagi contoh orang tua yang menginginkan anaknya menjadi pelukis. Ia berusaha mempersiapkan alat-alat untuk melukis dan mendatangkan guru yang mengajar melukis, tetapi gagal karena dalam diri anak tidak ada bakat melukis. Oleh karena itu aliran ini merupakan aliran pesimis dalam pendidikan.
Jadi aliran Nativisme bertolak dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Hasil pendidikan tergantung pada pembawaan. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya kalau anak itu pembawaannya baik maka dia akan menjadi baik. Pembawaan baik dan buruk ini tidak diubah oleh kekuatan dari luar.
c.       Naturalisme
Naturalisme berasal dari bahasa latin dari kata “nature” artinya alam, tabiat, dan pembawaan. Aliran ini dipelopori oleh J. J. Rousseau (1712-1778), filofof kebangsaan Perancis. Aliran ini dinamakan juga nativisme ialah aliran yang meragukan pendidikan untuk perkembangan seseorang karena dia dilahirkan dengan pembawaan yang baik. Ciri utama aliran ini ialah dalam mendidik seseorang kembalilah kepada alam agar pembawaan seseorang ynag baik itu tidak dirusak ol;eh pendidik. Dengan kata lain pembawaan yang baik itu supaya berkembang secara spontan. Kalau akan diberikan juga pendidikan hendaklah dikembangkan aturan-aturan masyarakat yang demokratis, sehingga kecenderungan alamiah anggota masyarakat dapat terwujud, untuk menjaga agar pembawaan seseorang yang baiik itu tidak dirugikan. Jangalah anak itu dianggap sebagai manusia yang kecil, akan tetapi dia mempunyai tahap-tahap perkembangan yang perlu pula dikembangkan secara alamiah. Sebagai contoh, pada masa anak-anak pada masa perkembangan panca indera dilakukan melalui kegiatan anak itu sendiri. Untuk membimbing tingkah laku anak, buku tidak diperlukan, yang penting adalah pengembangan alam/lingkungan dan berbagai peristiwa yang terjadi di dalamnya. Pada masa remaja agama dan moral hendaklah diajarkan kepada mereka semata-mata dalam kaitannya dengan alasan alamiah, kemampuan berfikir harus dikembangkan dan fantasi tidak dibiarkan bekerja leluasa. Pengajaran yang tujuannya ingin menanamkan suatu aturan atau otoritas tertentu lebih baik ditunda pelaksanaannya.
Pelopor aliran ini menulis beberapa buah buku yaitu:
1)      La Nouvelle Heloise
2)       Le Constract Sosial
3)      Emile ou de ‘L’ education dan’
4)      Confession
Gagasan dasar sebagai pandangan hidupnya terdapat dalam kalimat pertama bukunya yaitu “semua anak adalah baik dari tangan pencipta, semua menjadi buruk di tangan manusia”.
Jadi Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan itu baik, dan akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan, dia juga berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa malahan dapat merusak pembawaan yang baik anak itu. Aliran ini berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam. Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Yang dilaksanakan adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan. Kesimpulan dari pandangan tersebut sebagai berikut: kodrat atau alam manusia adalah baik, masyarakat adalah buruk, dan untuk memperbaiki kesusilaan, kebiasaan dalam masyarakat orang wajib kembali ke alam atau kodrat.
d.      Konvergensi
Aliran konvergensi berasal dari bahasa Inggris, asal katanya Convergency, artinya pertemuan pada suatu titik. Aliran ini dipelopori oleh Willianm Stern, seorang ahli pendidikan bangsa Jerman (1871-1937), aliran ini mempertemukan atau mengawinkan dua aliran yang berlawanan di atas antara nativisme dan empirisme. Perkembangan seseorang tergantung kepada pembawaan dan lingkungannya. Dengan kata lain pembawaan dan lingkungan mempengaruhi perkembangan seseorang. Pembawaan seseorang baru berkembang karena pengaruh lingkungan. Hendaknya para pendidik dapat menciptakan suatu lingkungan yang tepat dan cukup kaya atau beraneka ragam agar pembawaan dapat berkembang semaksimal mungkin. Sebagai contoh: pada anak manusia ada pembawaan untuk berbicara seakan-akan dua garis yang menunjuk ke suatu titik pertemuan.
Jadi menurut teori konvergensi:
1)      Pendidikan mungkin dilaksanakan
2)      Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan pada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baikdan mencegah perkembangan potensi yang buruk
3)      Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh kembang manusia meskipun demikian, terdapat variasi pendapat tentang faktor mana yang paling menentukan tumbuh kembang itu. Variasi-variasi itu tercermin antara lain dalam perbedaan pandangan tentang strategi yang tepat untuk memahami perilaku manusia, meodel atau teori mengajar, dan gagasan tentang belajar mengajar
Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan dari lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu.
2.      Pemikiran Baru Tentang Pendidikan
a.      Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar. Perintis gerakan ini antara lain FR.A. Finger 1808-1888 di jerman dengan Heimatkunde(pengajaran alam sekitar) dan J.Ligthart 1959-1916 di belanda dengan het volleleven (kehidupan senyatanya).
Beberapa prinsip dari gerakan heimatkunde adalah:
1)      Dengan pengajaran alam sekitar ini guru dapat memperagakan secara langsung
2)      Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar anak aktif
3)      Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran totalitas. Suatu bentuk pengajaran dengan ciri-ciri dalam garis besarnya sebagai berikut:
a)      Suatu pengajaran yang tidak mengenal pembagian mata pelajaran dalam daftar pengajaran, tetapi guru memahami tujuan pengajaran dan mengarahkan usahanya mencapai tujuan.
b)      Suatu pengajaran menarik minat, karena segala sesuatu dipusatkan atas suatu bahan pengajaran yang menarik perhatian anak dan diambil dari alam sekitarnya.
c)      Suatu pengajaran ynag memungkinkan bahan pengajaran itu berhubungan satu sama lain seerat-eratnya secara teratur.
4)      Pengajaran alam sekitar memberi kepada anak bahan apersepsi intelektual yang kokoh dan tidak verbalitas. Yang dimaksud dengan apersepsi intelektual ialah segala sesuatu yang baru dan masuk di dalam intelek anak, harus dapat luluh menjadi satu dengan kekayaan pengetahuan yang sudah dimiliki anak. Harus terjadi proses asimilasi antara pengertahuan dengan yang baru
5)      Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional, karena alam sekitar mempunyai ikatan emosional dengan anak.

b.      Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly (1871-1932) dari Belgia. Dengan pengajaran pusat minat (Centres d’interest). Pendidikan Decroly berdasarkan pada semboyan ecole pour la vie, par la vie (sekolah untuk hidup dan oleh hidup). Anak harus dididik untuk dapat hidup dalam masyarakat dan dipersiapkan dalam masyarakat, anak harus diarahkan kepada pembentukan individu dan anggota masyarakat. Oleh karena ituanak harus mempunyai pengetahuan terhadap diri sendiri (tentang hasrat dan cita-cita) dan pengetahuan tentang dunianya (lingkungannya, tempat hidup di hari kedepannya). Menurut Decroly dunia ini terdiri dari alam dan kebudayaan. Dan dunia harus hidup dan mengembangkan kemampuannya untuk mecapai cita-cita. Oleh karena itu harus mempunyai pengetahuan atas dirinya sendiri dan dunianya. Pengetahuan anak harus bersifat subjektif dan objektif.
Dari penelitian secara tekun, Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yang merupakan dua hal khas dari Decroly yaitu:
1)      Metode global (keseluruhan). Dari hasil yang didapat dari observasi dan tes, dapatlah ia menetapkan bahwa anak-anak mengamati dan mengingat secara global (keseluruhan). Jadi ini berdasarkan atas prinsip psikologi Gestalt. Dalam mengajarkan membaca dan menulis, ternyata dengan kalimat lebih mudah daripada mengajarkan kata-kata lepas. Sedangkan kata lebih mudah diajarkan daripada huruf-huruf secara tersendiri. Metode ini bersifat video visual sebab arti suatu kata yang diajarkan itu selalu diasosiasikan dengan tanda (tulisan), atau gambar yang dapat dilihat.
2)      Centre d’interest (pusat-pusat minat). Dari penyelidikan psikologik, ia menetapkan bahwa anak-anak mempunyai minat yang spontan tersebut. Sebab apabila tidak, misalnya minat yang ditimbulkan oleh guru, maka pengajaran itu tidak akan banyak hasilnya.



c.       Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J.A. Comenius (1592-1670) menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa dan tangan (keterampilan kerja tangan) pestalozzi mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukangan di sekolahnya. Namun yang sering dipandang sebagai bapak sekolah kerja adalah G. Kereschensteiner dengan bapak Arbeitesscule (sekolah kerja) di Jerman. Sekolah kerja ini bertolak dari pandangan bahwa pendidikan itu tidak hanya demi kepentingan individu tetapi berkewajiban menyiapkan warga negara yang baik, yakni:
1)      Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan
2)      Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara
3)      Dalam menunaikan kedua tugas tersebut haruslah selalu diusahakan kesempurnaannya, agar dengan jalan itu tiap warga negara ikut membantu memprtinggi dan menyempurnakan kesusiaaan dan keselamatan negara.
d.      Pengajaran Proyek
Dasar filosofis dan paedagogis dari pengajaran proyek diletakkan oleh John Dewey (1859-1952), namun pelaksanaannya dilakukan oleh pengikutnya yaitu W. H. Kalipratik. Dalam pengajaran proyek anak bebas menentukan pilihannya (terhadap pekerjaan), merancang, serta memimpinnya. Proyek yang ditentukan oleh anak, mendorongnya mencari jalan pemecahan bila ia menemui kesukaran. Anak dengan sendirinya giat dan aktif karena sesuai dengan apa yang didinginkannya. Proyek itulah yang menyebabkan mata pelajaran-mata pelajaran itu tidak terpisah-pisah antara yang satu dengan yang lain. Pengajaran berkisar di sekitar pusat-pusat minat sewajarnya. Menurut Dewey yang menjadi kompleks pokok ialah, pertukangan kayu, memasak, dan menenun. Mata pelajaran seperti menulis, membaca dan berhitung serta bahasa, tidak ada sebab semua itu berjalan dengan sendirinya pada waktu anak-anak melaksankan proyek itu. Anak tidak boleh dipisahkan dari pelajaran bahasa ibu sebab bahasa ibu merupakan alat pernyataan pengalaman dan perasaan anak-anak. Dalam pengajaran proyek, pekerjaan dikerjakan secara berkelompok untuk menghidupkan rasa gotong royong. Juga dalam bekerja sama itu akan lahir sifat-sifat baik pada diri anak seperti saingan secara sportif, bebas menyatakan pendapat, dan disiplin sewajarnya. Sifat-sifat manusia tersebut  sangat diperlukan dalam masyarakat luas yang kapitalistik dan demokratis.
Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di indonesia, antara lain dengan nama pengajaran proyek, pengajaran unit dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara kompeherensif. Dengan kata lain, menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah secara multidisiplin. Pendekatan multidisiplin tersebut semakin lama makin penting, utamanya dalam masyarakat yang maju.
e.       Home Schooling
Home schooling berasal dari bahasa Inggris yaitu, home  dan schooling, home berarti rumah, schooling berarti bersekolah. Jadi home schooling berarti bersekolah di rumah, maksudnya yaitu kegiatan yang biasanya dilakukan di sekolah dilakukan di rumah.
Menurut Agus Salim, home schooling berarti memindahkan segala potensi yang ada disekolah dibawa ke rumah. Hal ini bermaksud agar segala potensi yang ada dalam diri anak dapat dikembangkan dan diajarkan di rumah.
Home schooling juga sama dengan home education yaitu pendidikan yang dilakukan secara mandiri oleh keluarga, dimana materi-materinya dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Munculnya kesan kian terpuruknya mutu dan citra pendidikan Indonesia seringkali membuat orang tua semakin enggan atau sedikit merasa risih untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah formal. Hal ini disebabkan beberapa hal, diantaranya mereka telah menyadari, kalau sistem pendidikan kita telah ditempatkan sebagai usaha komersil oleh kaum kapitalis sehingga terkesan mahal. Bermula dari paradigma berfikir masyarakat yang mulai cenderung kritis itulah salah satu faktor yang menyebabkan mereka terbangun landasan berfikirnya untuk melakukan terobohan mencari pendidikan alternatif. Niatan awal terbentuknya pendidikan alternatif oleh masyarakat ini tidak lain adalah sebagai bentuk usaha mereka mencari bentuk pendidikan yang murah dan lebih baik. Salah satu pendidikan alternatif itu adalah home schooling.
f.       Sekolah Alam
Sekolah alam merupakan sekolah yang dibangun untuk upaya pengembangan pendidikan yang dilakukan di alam terbuka agar mengetahui pembelajaran dari semua makhluk hidup di aalm ini secara langsung. Berbeda dengan sekolah pada umumnya yang menggunakan sistem ruangan berupa kelas, para siswa di sekolah alam dibebaskan waktunya untuk lebih banyak berinteraksi di alam terbuka sehingga terbentuk pembelajaran langsung pada materi dan pembelajaran yang bersifat pengalaman.
Konsep yang digunakan dalam sekolah alam adalah meliputi penggunaan alam sebagai tempat untuk belajar, penggunaan alam sebagai media dan bahan untuk pengajaran serta alam yang digunakan untuk objek pembelajaran. Sekolah ini mampu mengatasi kebosanan yang terjadi pad siswa jika melakukan pembelajaran di dalam ruangan saja. Efeknya adalah dengan adanya sekolah alam tersebut bisa mewujudkan sebuah cita-cita pada setiap orang yang peduli akan perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan khususnya di Indonesia
Dengan konsep alam, maka pihak yang menyediakan sekolah tersebut tidak secara permanen menyediakan ruang atau bangunan khusus seperti sekolah pada umunya. Dengan begitu, siswa daapt merasakan kesegaran dan keindahan alam meski dalam proses pembelajaran. Pembelajarannya pun membebaskan siswanya untuk mengeksplorasikan apa yang ada di sekitar mereka tanpa aturan yang mengekang keingintahuannya. Dengan pemahaman sekaligus pengarahan yang baik, siswa akan lebih peduli dan sadar akan lingkungannya. Sekolah Alam adalah sebuah sekolah di Indonesia yang berberapa kota memiliki sekolah alam dengan nama sendiri. Salah satu yang terkenal adalah Sekolah Alam Indonesia dari Jakarta. Biasanya tingkat sekolah di sekolah jenis ini adalah SD. Namun dalam perkembangannya telah melebar ke beberapa jenjang, mulai dari tingkat KB (Kelompok Bermain) hingga tingkat menengah



g.      Pendidikan Berasrama (Boarding School)
Boarding school adalah sistem sekolah dengan asrama, dimana peserta didik dan juga para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu biasanya satu semester diselingi dengan berlibur satu bulan sampai menamatkan sekolahnya  Di lingkungan sekolah, para siswa dapat melakukan interaksi dengan sesama siswa, bahkan berinteraksi dengan para guru setiap saat. Contoh yang baik dapat mereka saksikan langsung di lingkungan mereka tanpa tertunda. Dengan demikian, pendidikan kognisi, afektif, dan psikomotor siswa dapat terlatih lebih baik dan optimal.
“Boarding School yang baik dijaga dengan ketat agar tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan sistem pendidikan atau dengan ciri khas suatu sekolah berasrama” Dengan demikian peserta didik terlindungi dari hal-hal yang negatif seperti merokok, narkoba, tayangan film atau sinetron yang tidak mendidik dan sebagainya. Di sekolah dengan sistem ini, para siswa mendapatkan pendidikan dengan kuantitas dan kualitas yang berada di atas rata-rata pendidikan dengan sistem konvensional.
h.      Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Pada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat (1) yang menegaskan “setiap warga  berhak mendapatkan pendidikan”; Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat (2) yang menegaskan “setiap warga ank a wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5 ayat (1) yang menegaskan “setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Undang-undang inilah yang menjadi bukti kuat hadirnya pendidikan inklusi ditengah masyarah. Pada pendidikan dasar, kehadiran pendidikan inklusi perlu mendapat perhatian lebih.


DAFTAR PUSTAKA
https://caridokumen.com/download/makalah-dasar-dasar-ilmu-pendidikan-_5a46d7edb7d7bc7b7a22a1b9_pdf
http://afniatii.blogspot.com/2014/05/pemikiran-tentang-pendidikan.html



Sabtu, 19 Oktober 2019

makalah dasar dasar ilmu pendidikan/hakekat manusia dan hakekat pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN
    A.    LATAR BELAKANG
Keberadaan manusia dari sejak lahir terus mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikologis. Manusia yang merupakan makhluk hidup dengan akal budi memiliki potensi untuk terus melakukan perkembangan. Sifat pengembangan manusia menunjukkan sisi dinamisnya, artinya perubahan terjadi terus menerus pada manusia. Salah satu pengembangan manusia, yaitu melalui pendidikan.
Melalui pendidikan, manusia berharap nilai-nilai kemanusiaan diwariskan serta terinternalisasi dalam watak dan kepribadian. Nilai-nilai kemanusiaan menjadi panutan manusia untuk hidup berdampingan dengan manusia lain. Upaya pendidikan melalui internalisasi nilai-nilai kemanusiaan menuntun untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia.
Setiap manusia dilahirkan dengan potensi untuk membedakan baik dan buruk serta potensi untuk berbuat baik dan buruk. Tanpa pendidikan, potensi buruk dalam diri manusia akan tetap berkembang, sementara potensi baik akan sulit berkembang. Bahkan pendidikan yang keliru pun akan berakibat potensi buruk pada diri manusia berkembang. Melalui pendidikan, diharapkan potensi baik dalam diri manusia berkembang, sementara potensi buruk ditekan agar tidak berkembang.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat diartikan bahwa keberadaan manusia di muka bumi sangat erat hungannya dengan pendidikan, karena kebutuhan akan pendidikan menjadi satu hal yang tidak terelakkan pada fase sejarah peradaban manusia. Dalam pendidikan, pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai makhluk individu, sosial, susila, dan religi.

    B.     RUMUSAN MASALAH
Makalah ini membahas pokok bahasan tentang :
1.    Apa itu hakekat manusia ?
2.    Apa itu manusia sebagai makhluk individu, sosial, etika, dan agama ?
3.    Apa itu hakekat pendidikan ?
4.    Pengertian pendidikan menurut pakar luar negeri dan dalam negeri ?
    C.     TUJUAN
1.      Dapat memahami hakekat manusia.
2.      Dapat memahami manusia sebagai makhluk individu, sosial, etika, dan agama.
3.      Dapat memahami hakekat pendidikan.
4.      Memahami pengertian pendidikan menurut pakar luar negeri dan dalam negeri.





















BAB II
PEMBAHASAN
    A.    Hakekat Manusia
manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk hidup yang paling sempurna, melebihi ciptaan Tuhan yang lain. Manusia terdiri dari jiwa dan raga yang dilengkapi dengan akal pikiran serta hawa nafsu. Tuhan menanamkan akal dan pikiran kepada manusia agar dapat digunakan untuk kebaikan mereka masing–masing dan untuk orang disekitar mereka. Manusia diberikan hawa nafsu agar mampu tetap hidup di bumi ini.
Menjelaskan bahwa manusia sebagai makhluk individu, berarti mempunyai keperluan, kepentingan, atau cita-cita yang berbeda-beda dalam suatu hal. Sedangkan manusia sebagai makhluk sosial memiliki ciri-ciri hidup berkelompok, memiliki kemampuan berkomunikasi, kesamaan rasa, atau bekerja sama yang dirangkum dalam nilai-nilai kesatuan, nilai solidaritas, nilai kebersamaan, dan nilai berorganisasi. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki fungsi biologis, proteksi, sosialisasi/pendidikan, supportive dan ekspresive. Dari fungsi-fungsi ini diharapkan bukan saja menjadi landasan, materi kegiatan dan bahkan pendekatan/proses-proses dalam merancang, mengoperasikan, mengevaluasi program pendidikan non formal.
Hakekat Manusia Adalah Sebagai Berikut:
1.      Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2.      Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku zintelektual dan sosial yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
3.      Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
4.       Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
5.      Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
6.      Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
   B.     Manusia Sebagai Mahkluk Individu, Sosial, Etika, Dan Agama.
1.      Manusia sebagai makhluk individu
Individu berasal dari kata latin “individuum” artinya yang tidak terbagi, maka kata individu merupakan sebutan yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan. Istilah individu dalam kaitannya dengan pembicaraan mengenai keluarga dan masyarakat manusia, dapat pula diartikan sebagai manusia. Dalam pandangan psikologi sosial, manusia itu disebut individu bila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Didalam suatu kerumunan massa manusia cenderung menyingkirkan individualitasnya, karena tingkah laku yang ditampilkannya hampir identik dengan tingkah laku masa.
Manusia sebagai makhluk individu diartikan sebagai person atau perseorangan atau sebagai diri pribadi. Manusia sebagai diri pribadi merupakan makhluk yang diciptakan secara sempurna oleh Tuhan Yang Maha Esa. Disebutkan dalam Kitab Suci Al Quran bahwa Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya “.
Jika kita amati secara seksama benda-benda atau makhluk ciptaan Tuhan yang ada di sekitar kita, mereka memiliki unsur yang melekat padanya.
a.    Mahluk Tuhan Berdasarkan Unsur
1)   Makhluk Tuhan yang hanya memiliki satu unsur, yaitu benda atau materi              saja. Misalnya, batu, kayu, dan meja.
2)   Makhluk Tuhan yang memiliki dua unsur, yaitu benda dan hidup.   Misalnya, tumbuh-tumbuhan dan pepohonan.
3)   Makhluk Tuhan yang memiliki tiga unsur, yaitu benda, hidup, dan  naluri/ instink. Misalnya, binatang, temak, kambing, kerbau, sapi, dan ayam.
4)   Makhluk Tuhan yang memiliki empat unsur, yaitu benda, hidup, naluri/instink, dan akal budi. Misalnya, manusia merupakan makhluk yang memiliki keunggulan dibanding dengan makhluk yang lain karena manusia memiliki empat unsur, yaitu benda, hidup, instink, dan naluri.
b.   Hakikat Manusia
        Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia didudukkan sesuai dengan kodrat, harkat, martabat, hak, dan kewajibannya.
c.    Karakteristik Manusia Sebagai Mahluk Individu
        Setiap insan yang dilahirkan tentunya mempunyai pribadi yang berbeda atau menjadi dirinya sendiri, sekalipun sanak kembar. Itulah uniknya manusia. Karena dengan adanya individulitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, daya tahan yang berbeda. Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat essensial dari adanya individualitas pada diri setiap insan.
2.      Manusia sebagai makhluk sosial
     Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial.
     Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusia tentang status dan posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta bagaimana tanggungjawab dan kewajibannya di dalam kebersamaan.
a.    Karakteristik Manusia Sebagai Makhluk Sosial
        Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitik beratkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:

1)   Dorongan untuk makan
2)   Dorongan untuk mempertahankan diri
3)   Dorongan untuk melangsungkan jenis

        Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.
b.   Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Sosial
        Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk hukum, mendirikan kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Dalam perkembangan ini, spesialisasi dan integrasi atau organissai harus saling membantu. Sebab kemajuan manusia nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk kerjasama dalam kelompok yang lebih besar.
3.      Manusia sebagai makhluk etika
    Hal yang terpenting untuk membangun pemahaman suatu ilmu secara utuh bisa dilakukan dengan mencari asal-usul, alasan,dan segala hal terkait dengan perkembangan ilmu tersebut.Begitu juga dengan istilah-istilah yang muncul berkaitan dengan definisi suatu cabang keilmuan tertentu yang harus ada kesimpulan yang membawa alasan mengapa istilah itu dimunculkan.Dengan mengetahui perkembangan istilah tersebut setiap orang mampu memahami hal yang dimaksudkan istilah tersebut secara menyeluruh,bukan hanya mengartikannya secara sembarang atau berpendapat menggunakan istilah tersebut semaunya sendiri.Meskipun istilah tersebut mengalami perubahan makna harus diterangkan bagaimana proses perubahan istilah tersebut terjadi dikaitkan dengan berbagai aspek,salah satunya aspek penggunaannya.Dalam memahami Urgensi Pemahaman etika dan estetika budaya,kita harus memahami perkembangan dari dua istilah etika dan estetika.
Etika berasal dr kata Yunani,yaitu Ethos,secara etimologis etika adalah ajaran tentang baik buruk. Etika sama artinya dengan moral (mores dalam bahasa latin) yang berbicara tentang peredikat nilai susila,atau tidak susila,baik dan buruk.
Bertens menyebutkan ada tiga jenis makna etika yaitu :
a.         Etika dalam nilai-nilai atau norma untuk pegangan seseorang atau  kelompok orang    dalammengatur tingkah laku.
b.        Etika dalam kumpulan asas atau moral (dalam arti lain kode etik)
c.         Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang baik dan buruk artinya daalam filsafat moral.
                        Etika pada pada perkembangannya terbagi atas usaha untuk melakukan perbuatan baik dan usaha untuk keindahan sehingga menimbulkan rasa senang terhadap suatu kebaikan.Sedangkan Estetika sendiri merupakan pemisahan dari  pengertian  Etika yang mengkhususkan pada usaha untuk keindahan saja.
4.   Manusia sebagai makhluk agama
            Aspek keberagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia  yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Hal ini terdapat pada manusia manapun, baik dalam rentan waktu (dulu-sekarang-akan datang) maupun dalam rintang geografis dimana manusia berada. Keberagamaan menyiratkan adanya pengakuan dan pelaksanaan yang sungguh atas suatu agama.
            Dilain pihak, Tuhanpun telah menurunkan wahyu melalui utusan-utusanNya, dan telah menggelar tanda-tanda di alam semesta untuk dipikirkan manusia agar manusia beriman dan bertaqwa kepadaNya. Manusia hidup beragama karena agama menyangkut masalah-masalah yanag bersifat mutlak maka pelaksanaan keberagamaan akan tampak dalam kehidupan sesuai agama yang dianut masing-masing individu. Hal ini baik berkenaan dengan sistem keyakinannya, sistem peribadatan maupun berkenaan dengan pelaksanaan tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan alam.
   C.     Hakekat Pendidikan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar “didik” (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian proses pengubahan dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perluasan, dan cara mendidik.
   D.    Pengertian Pendidikan Menurut Pakar Luar Negeri Dan Dalam Negeri
1.      Pengertian Pendidikan Menurut Pakar Luar Negeri
a.    John Dewey memaknai pendidikan sebagai proses pembaruan makna-makna pengalaman lewat transmisi insidental dan intensional. Dengan usaha demikian, pendiidkan membantu manusia merealisasikan segala kemampuan yang ada dalam dirinya untuk menjad pribadi yang mandiri. Ialah sesuatu yang penting harus pula kelihatan dalam kegunaannya. Oleh Karena itu pertanyaan what is harus dikembangkan menjadi what for dalam filsafat praktis. “Menurut John Dewey, kita harus sanggup bertindask, tidak selalu terjerumus dalam pertengkaran ideologis yang mandul tanpa isi, melainkan berusaha memecahkan masalah dengan tindakan konkrit,”
b.   Prof. Lodge dalam buku “Philosophy of Education” menyatakan “Perkataan pendidikan kadang-kadang dipakai dalam pengertian yang luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian luas pendidikan adalah semua pengalaman, dapat dikatakan juga bahwa hidup adalah pendidikan atau pendidikan adalah hidup. Pengertian pendidikan secara sempit adalah pendidikan dibatasi pada fungsi tertentu di dalam masyarakat yang terdiri atas penyerahan adat istiadat (tradisi) dengan latar belakang sosialnya, pandangan hidup masyarakat itu kepada warga masyarakat generasi berikutnya”.
c.    Menurut Brubacher dalam bukunya “Modern Philosophies of Education, “Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman dan alam semesta. Pendidikan merupakan pula perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dari semua potensi manusiawi, moral, intelektual dan jasmani oleh dan untuk kepribadian individunya serta kegunaan masyarakatnya yang diarahkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya.
d.   Sedangkan menurut Freire hakekat pendidikan adalah membebaskan. Freire mendobrak bahwa pendidikan haruslah mencermati realitas sosial. Pendidikan tidaklah dibatasi oleh metode dan tekhnik pengajaran bagi anak didik. Pendidikan untuk kebebasan ini tidak hanya sekedar dengan menggunakan proyektor dan kecanggihan sarana tekhnologi lainnya yang ditawarkan seseuatu kepada peserta didik yang berasal dari latar belakang apapun. Namun sebagai sebuah praksis sosial, pendidikan berupaya memberikan bantuan membebaskan manusia di dalam kehidupan objektif dari penindasan yang mencekik mereka
2.    Pengertian Pendidikan Menurut Pakar Dalam Negeri
a.    Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
b.   Menurut Raka Joni (1985:2) hakikat pendidikan adalah :
1)      Pendidikan merupakan interaksi manusia yang ditandai oleh keseimbangan antara kedaulan subjek didik dengan kewibawaan pendidik.
2)      Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubhn yang semakin pesat.
3)      Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
4)      Pendidikan berlangsung seumur hidup.
5)      Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.
c.    Mudyahardjo ( 2001:91 ) menegaskan bahwa asumsi pokok pendidikan adalah :
1)      Pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dab lingkungan belajarnya.
2)      Pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yan baik atau norma-norma yang baik.
3)      Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisi-kondisi aktual dan individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.
d.   Menurut Bojonegoro : Mendidik adalah memberi tuntunan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangannya sampai tercapai kedewasaan
e.    Darmaningtyas mengatakan tentang difinisi pendidikan yaitu pendidikan sebagai usaha dasar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup dan kemajuan yang lebih baik.
f.    Menurut Ahmad D. Marimba Pendidikan adalah bimbingan. Pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.





















BAB III
PENUTUP
    A.    Kesimpulan
            Manusia adalah makhluk religius yang dianugerahi ajaran-ajaran yang dipercayai yang didapatkan melalui bimbingan nabi demi kemaslahatan dan keselamatannya. Manusia sebagai makhluk beragama mempunyai kemampuan menghayati pengalaman diri dan dunianya menurut agama masing-masing, Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Melalui kesempurnaannya itu manusia bisa berpikir, bertindak, berusaha, dan bisa menentukan mana yang benar dan baik. Di sisi lain, manusia meyakini bahwa dia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia jika manusia mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan di muka bumi. . Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan. Istilah individu dalam kaitannya dengan pembicaraan mengenai keluarga dan masyarakat manusia, dapat pula diartikan sebagai manusia. Dalam pandangan psikologi sosial, manusia itu disebut individu bila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial.